Tak Hanya Tingkatkan Omzet, Electrifying Agriculture: Solusi Pintar untuk Petani

Eratani / 15 Juli 2022

Di era modern ini, ada semakin banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas di dunia pertanian. Salah satunya dengan mengikuti program Electrifying Agriculture yang diluncurkan oleh PT PLN. Program ini dibuat untuk meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal di bidang pertanian. Serta diharapkan mampu mendorong petani untuk lebih bisa memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas pertaniannya melalui pemanfaatan energi listrik. 

Program Electrifying Agriculture ini juga telah terbukti berhasil membantu petani dalam menghemat biaya operasional. Misalnya dari yang sebelumnya menggunakan genset untuk mengaliri lahan dan menghabiskan biaya sekitar Rp102.000, kini dengan adanya program ini para petani jadi lebih hemat sekitar 60% dengan memanfaatkan penggunaan listrik. Selain itu, program Electrifying Agriculture juga dapat meningkatkan keuntungan petani khususnya bagi petani buah. 

Seperti yang kita ketahui, kebun buah sangat membutuhkan fotosintesis. Salah satu petani buah di Mojokerto mengaku bahwa produktivitas buahnya meningkat setelah adanya penggunaan lampu untuk penerangan di kebun. Dari yang sebelumnya dalam setahun hanya bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 20 ton dari lahan seluas 4,5 hektare (ha), sekarang bisa mencapai 60 ton setiap kali panen. 

Electrifying Agriculture juga memungkinkan kebun buah untuk terus mendapatkan penerangan yang menyebabkan tanaman buahnya dapat menjalani proses fotosintesis selama 24 jam. Program ini bukan hanya diperuntukan bagi petani buah, tapi juga untuk tanaman bawang, hidroponik, irigasi persawahan, dan tambak udang. 

Dengan adanya pemanfaatan energi listrik, diharapkan pertumbuhan tanaman pertanian akan lebih maksimal. Serta mempermudah pengolahan infrastruktur pendukung pertanian, peternakan, dan perikanan. Tak hanya di Mojokerto, program Electrifying Agriculture juga akan berkembang menjadi 54 program dengan alokasi anggaran sebesar 4,8 miliar. Program ini nantinya akan tersebar di seluruh Indonesia seperti Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. 

Referensi: IDN Times, Kontan.co.id 
 

Bagikan Postingan Ini

Lihat Tips Lainnya

Bingung Nyari Kerjaan? Jadi Petani Milenial Aja!

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 7 juta tenaga kerja Indonesia menganggur. Padahal ada banyak pilihan kerja, namun banyak yang terhalangi oleh tingkat persaingan yang cukup tinggi. Bagi kamu yang bingung harus mencari pekerjaan kemana lagi, cobalah untuk masuk ke sektor pertanian. Walaupun sering dianggap kuno, profesi petani dinilai dapat menjadi alternatif pekerjaan yang menjanjikan. Khususnya bagi generasi muda yang mau terjun menjadi petani milenial. Generasi muda juga memiliki peluang yang besar untuk bisa terjun ke dunia pertanian karena dianggap memiliki kredibilitas yang tinggi dalam hal ekonomi dan memanfaatkan teknologi. Tak hanya itu, generasi muda juga dituntut untuk cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital. Jadi bukan hanya berkutat untuk bertani saja. Hal ini terbukti dengan banyaknya start-up milenial pertanian yang tembus hingga ke pasar dunia.  Peluang lainnya berkaitan dengan keadaan pandemi, dimana masyarakat membutuhkan pangan yang lebih mudah didapatkan, sehat, dan terjamin keamanannya. Untuk bisa memenuhi hal tersebut tentunya dibutuhkan peran petani milenial untuk memanfaatkan teknologi secara kreatif untuk membuat packaging bahan pangan yang aman. Begitu pula dengan pendistribusian bahan pangan yang akan lebih efektif apabila dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Alasan lain kenapa petani milenial menjadi peluang profesi yang menjanjikan ialah kondisi dimana sektor pertanian saat ini sedang dibutuhkan bukan hanya oleh negara Indonesia tapi juga dunia. Seperti yang kita ketahui, keadaan pandemi mendorong kebutuhan ketersediaan bahan pangan meningkat sedangkan jumlah petani di setiap tahunnya semakin berkurang. Dalam kondisi ini pemerintah juga berusaha untuk mendorong generasi muda khususnya yang masih belum mendapatkan pekerjaan untuk lebih berani terjun ke dunia pertanian dengan menjadi petani milenial yang cerdas.  Referensi: IDN Times  

Eratani / 21 Juli 2022

Membuat Pupuk Kompos Alami dari Sampah Dapur? Ini Caranya!

Apakah kamu pernah membayangkan kalau sampah dapur ternyata bisa berguna? Ya, ternyata kulit buah dan sisa batang sayuran bisa digunakan sebagai pupuk. Jadi tidak perlu membeli pupuk lagi kan? Tinggal gunakan sampah-sampah dari dapurmu saja! Kali ini Eratani akan membagikan cara membuatnya, jangan lupa untuk disimak ya! 1. Memilah jenis sampah. Hanya jenis sampah tertentu saja yang bisa digunakan sebagai pupuk, yaitu sisa sayuran, sisa makanan, kertas bekas, tisu, daging, kulit buah, buah-buahan yang telah tidak layak dikonsumsi, dan bumbu dapur yang telah kedaluwarsa. 2. Menyiapkan wadah besar. Kita memerlukan wadah besar beserta tutupnya. Di sini kita bisa menggunakan ember bekas cat yang sudah tak terpakai. Wadah bertutup ini nantinya akan menjaga pupus kompos agar tidak terkontaminasi oleh hewan dan air hujan. 3. Menyiapkan bahan tambahan. Kita juga perlu menyiapkan bahan tambahan seperti tanah, air, cairan pupuk untuk kompos, arang, dan sekam. Salah satu contoh jenis cairan yang bisa dipakai ialah pupuk cair EM4. 4. Membuat pupuk. Langkah pertama adalah dengan mencampurkan tanah, sekam, dan arang. Kemudian masukkan sampah organik yang telah dikumpulkan sebelumnya lalu timbun dengan tanah campuran sebanyak sampah yang ada. Siramlah dengan air yang telah dicampur dengan pupuk cair hingga lembab. Lakukan secara berulang tanpa menambahkan siraman air hingga campuran tersebut berbentuk lapisan, sampai tanah dan sampah organik habis.  Pupuk kompos hasil dari sampah dapur buatanmu siap digunakan untuk menyuburkan tanaman yang kamu miliki! Referensi: IDN Times  

Eratani / 21 Juli 2022