Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desembernadalah momen istimewa untuk menghargai segala kontribusi perempuan dalam kehidupan. Salah satu peran yang sering tidak terlihat namun sangat penting adalah keterlibatan perempuan dalam sektor pertanian. Perempuan berperan besar dalam memastikan ketersediaan pangan, menyumbang sekitar 60-80% dari total produksi pangan di negara berkembang (PBB, 2018). Mereka tidak hanya menanam dan merawat tanaman, tetapi juga memastikan keluarga dan komunitas memiliki akses ke pangan yang cukup.
Sayangnya, meski kontribusi perempuan dalam pertanian begitu besar, peran mereka sering kali terabaikan bahkan tidak diakui sebagaimana mestinya. Padahal, mereka adalah ujung tombak yang memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga. Memperingati Hari Ibu, mari kita kenali lebih dalam peran luar biasa perempuan di sektor pertanian. Mereka bukan hanya 'pemain pendukung,' tetapi sesungguhnya adalah pilar penting yang menopang ketahanan pangan dunia.
Kontribusi Perempuan dalam Sektor Pertanian
1. Peran Utama dalam Rantai Pertanian
Perempuan memainkan peran penting dalam berbagai tahap produksi pertanian, mulai dari penyiapan bibit, penanaman, perawatan, hingga pemanenan. Data menunjukkan bahwa setidaknya 40% dari aktivitas pertanian di negara berkembang dilakukan oleh perempuan.
2. Dampak pada Ketahanan Pangan
Keterlibatan perempuan dalam pertanian tidak hanya terbatas pada kegiatan harian di lapangan, tetapi juga berdampak langsung pada upaya mengurangi kekurangan gizi. Sebuah laporan dari UN Women (2021) menunjukkan bahwa kontribusi perempuan dapat membantu mengatasi kekurangan gizi sebesar 12-17%.
3. Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Kontribusi perempuan dalam sektor ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya terkait pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan ketahanan pangan global.
Dibalik Perjuangan Perempuan di Sektor Pertanian
1. Akses yang Terbatas
Meskipun perempuan menjadi tulang punggung dalam banyak aktivitas pertanian, mereka masih menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan akses ke sumber daya penting seperti modal, lahan, dan informasi pertanian. Tanpa akses ini, peluang mereka untuk mengembangkan keterampilan dan meningkatkan produktivitas menjadi sangat terbatas. Sebagai gambaran, hanya 13% perempuan di dunia yang memiliki akses ke lahan pertanian atas nama mereka sendiri (FAO). Ketimpangan ini membuat perjuangan mereka semakin berat.
2. Minimnya Pengakuan
Di balik hasil panen yang melimpah, kontribusi perempuan sering kali terabaikan. Rendahnya representasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan posisi kepemimpinan di sektor ini adalah salah satu penyebab utamanya. Studi dari International Food Policy Research Institute (IFPRI) menunjukkan bahwa perempuan hanya terlibat dalam kurang dari 20% proses pengambilan keputusan terkait pertanian. Hal ini menyebabkan suara dan kebutuhan mereka kerap diabaikan, meskipun mereka memiliki peran yang sangat signifikan.
3. Diskriminasi Gender
Masalah diskriminasi gender masih menjadi tantangan besar bagi perempuan petani. Pekerjaan mereka di sektor pertanian sering kali dianggap "tidak bernilai" atau hanya sebagai pelengkap. Akibatnya, banyak perempuan tidak menerima upah yang setara atau dukungan sosial yang memadai untuk menunjang kesejahteraan mereka. Menurut FAO, jika perempuan mendapatkan dukungan dan akses yang sama seperti laki-laki, hasil produksi pertanian bisa meningkat hingga 20-30%, yang tentunya berdampak langsung pada ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga.
Perempuan bukan hanya pekerja di ladang, tetapi juga penjaga stabilitas pangan. Saatnya kita memberi perhatian yang lebih besar dalam memberdayakan perempuan, terutama di sektor pertanian, yang menjadi kunci ketahanan pangan global. Ketika perempuan diberdayakan, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh mereka, tetapi juga oleh seluruh masyarakat. Dengan memberikan akses, pelatihan yang memadai, dan kesempatan yang setara, kita dapat mempercepat perubahan positif yang akan membawa dampak jangka panjang bagi kemajuan bangsa dan dunia.