Digital Farming, Terbukti Menguntungkan Petani?

Eratani / 21 Juli 2022

Sektor pertanian sebenarnya adalah sektor bisnis yang berisiko tinggi karena sulit untuk diprediksi, terutama di masa sekarang. Semakin kesini, perubahan cuaca juga semakin tidak terprediksi. Hari ini mungkin kita bisa menganggap tanaman yang kita rawat tumbuh dengan baik tapi tidak ada yang tahu pasti apakah keadaannya akan tetap sama di keesokan harinya? Bisa saja terjadi hujan lebat yang berakibat merusak tanaman.

 

Di titik inilah kita membutuhkan teknologi. Dengan teknologi, kita dapat meminimalkan resiko yang ada. Misalnya dengan penggunaan berbagai aplikasi pendukung, seperti aplikasi peramal cuaca. Eratani Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian juga berusaha untuk membantu para petani dengan teknologi. Membantu para petani konvensional untuk perlahan bergeser menjadi Digital Farming agar dapat memaksimalkan produktivitas masing-masing petani.

 

Digital Farming merupakan teknologi yang dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Teknologi ini juga dapat membantu daam pengelolaan resiko di bidang pertanian hingga membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan.

 

Digital Farming dapat membantu kita untuk meramalkan cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan pupuk, memprediksi serangan hama dan penyakit, serta memungkinkan untuk peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup.

 

Referensi: Kompas.com, AgroFarm

Share This Post

Lihat Tips Lainnya

Bingung Nyari Kerjaan? Jadi Petani Milenial Aja!

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 7 juta tenaga kerja Indonesia menganggur. Padahal ada banyak pilihan kerja, namun banyak yang terhalangi oleh tingkat persaingan yang cukup tinggi. Bagi kamu yang bingung harus mencari pekerjaan kemana lagi, cobalah untuk masuk ke sektor pertanian. Walaupun sering dianggap kuno, profesi petani dinilai dapat menjadi alternatif pekerjaan yang menjanjikan. Khususnya bagi generasi muda yang mau terjun menjadi petani milenial. Generasi muda juga memiliki peluang yang besar untuk bisa terjun ke dunia pertanian karena dianggap memiliki kredibilitas yang tinggi dalam hal ekonomi dan memanfaatkan teknologi. Tak hanya itu, generasi muda juga dituntut untuk cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital. Jadi bukan hanya berkutat untuk bertani saja. Hal ini terbukti dengan banyaknya start-up milenial pertanian yang tembus hingga ke pasar dunia.  Peluang lainnya berkaitan dengan keadaan pandemi, dimana masyarakat membutuhkan pangan yang lebih mudah didapatkan, sehat, dan terjamin keamanannya. Untuk bisa memenuhi hal tersebut tentunya dibutuhkan peran petani milenial untuk memanfaatkan teknologi secara kreatif untuk membuat packaging bahan pangan yang aman. Begitu pula dengan pendistribusian bahan pangan yang akan lebih efektif apabila dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Alasan lain kenapa petani milenial menjadi peluang profesi yang menjanjikan ialah kondisi dimana sektor pertanian saat ini sedang dibutuhkan bukan hanya oleh negara Indonesia tapi juga dunia. Seperti yang kita ketahui, keadaan pandemi mendorong kebutuhan ketersediaan bahan pangan meningkat sedangkan jumlah petani di setiap tahunnya semakin berkurang. Dalam kondisi ini pemerintah juga berusaha untuk mendorong generasi muda khususnya yang masih belum mendapatkan pekerjaan untuk lebih berani terjun ke dunia pertanian dengan menjadi petani milenial yang cerdas.  Referensi: IDN Times  

Eratani / 21 Juli 2022

Membuat Pupuk Kompos Alami dari Sampah Dapur? Ini Caranya!

Apakah kamu pernah membayangkan kalau sampah dapur ternyata bisa berguna? Ya, ternyata kulit buah dan sisa batang sayuran bisa digunakan sebagai pupuk. Jadi tidak perlu membeli pupuk lagi kan? Tinggal gunakan sampah-sampah dari dapurmu saja! Kali ini Eratani akan membagikan cara membuatnya, jangan lupa untuk disimak ya! 1. Memilah jenis sampah. Hanya jenis sampah tertentu saja yang bisa digunakan sebagai pupuk, yaitu sisa sayuran, sisa makanan, kertas bekas, tisu, daging, kulit buah, buah-buahan yang telah tidak layak dikonsumsi, dan bumbu dapur yang telah kedaluwarsa. 2. Menyiapkan wadah besar. Kita memerlukan wadah besar beserta tutupnya. Di sini kita bisa menggunakan ember bekas cat yang sudah tak terpakai. Wadah bertutup ini nantinya akan menjaga pupus kompos agar tidak terkontaminasi oleh hewan dan air hujan. 3. Menyiapkan bahan tambahan. Kita juga perlu menyiapkan bahan tambahan seperti tanah, air, cairan pupuk untuk kompos, arang, dan sekam. Salah satu contoh jenis cairan yang bisa dipakai ialah pupuk cair EM4. 4. Membuat pupuk. Langkah pertama adalah dengan mencampurkan tanah, sekam, dan arang. Kemudian masukkan sampah organik yang telah dikumpulkan sebelumnya lalu timbun dengan tanah campuran sebanyak sampah yang ada. Siramlah dengan air yang telah dicampur dengan pupuk cair hingga lembab. Lakukan secara berulang tanpa menambahkan siraman air hingga campuran tersebut berbentuk lapisan, sampai tanah dan sampah organik habis.  Pupuk kompos hasil dari sampah dapur buatanmu siap digunakan untuk menyuburkan tanaman yang kamu miliki! Referensi: IDN Times  

Eratani / 21 Juli 2022