Konsep pertanian perkotaan atau urban farming banyak dilakukan masyarakat dewasa ini sebagai solusi dari semakin berkurangnya lahan terbuka hijau. Melalui konsep pertanian ini, masyarakat bisa memanfaatkan lahan yang terbatas menjadi lebih produktif.
Kegiatan ini juga penting untuk solusi kebutuhan pangan masyarakat di masa mendatang, terutama masyarakat di daerah perkotaan. Selain bermanfaat untuk memanfaatkan lahan perkotaan, ternyata urban farming ini bisa mendatangkan keuntungan besar.
Berdasarkan data pendapatan pertanian vertikal di dunia pada 2018 berdasarkan teknologi, pertanian hidroponik bisa mencapai USD 1,17 miliar, aquaponik mencapai USD 452,5 juta, aeroponik USD 305,9 juta, dan metode lainnya sebesar USD 589,5 juta. Hal ini dikonfirmasi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat mengunjungi perkebunan hidroponik milik PT Asabi di Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, Minggu 18 Oktober 2020 yang menyebutkan bahwa dengan lahan seluas 500 meter, penghasilan dari produksi dan penjualan sayur bisa menghasilkan Rp40 juta per bulan.
Tertarik dengan peluangnya? Simak berbagai metode urban farming di bawah ini:
1. Aquaponik
Akuaponik merupakan sistem pertanian yang mengombinasikan hidroponik dan akuakultur, atau budidaya perikanan. Terdapat 3 komponen biologis dalam penerapan aquaponik, yaitu ikan, tanaman, dan bakteri. Tanaman hidroponik dan budidaya ikan bekerja sama membentuk simbiosis mutualisme. Air yang digunakan untuk budidaya ikan berguna sebagai pupuk bagi tanaman. Sementara tanaman membantu membersihkan air sehingga ikan dapat hidup dengan optimal. Tanaman yang cocok untuk menggunakan metode ini antara lain kangkung, pakcoy, selada dan juga jenis ikan seperti lele, nila, dan ikan mas.
2. Hidroponik
Hidroponik merupakan metode pertanian yang menggunakan air sebagai media tanam pengganti tanah. Metode ini merupakan solusi bagi petani yang memiliki akses air yang terbatas atau kondisi tanah yang minim nutrisi.Cukup banyak sayuran dan buah-buahan yang bisa ditanam dengan sistem hidroponik. Jenis sayuran yang paling umum seperti pakcoy, kangkung, basil, oregano dan masih banyak lagi.
3. Vertikultur
Vertikultur berasal dari Bahasa Inggris, yaitu vertikal dan culture. Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam di ruang atau lahan sempit. Metode ini dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan bertingkat. Sistem vertikultur dapat dilakukan dengan menanam di pot, polybag, pipa paralon, botol bekas, maupun ban bekas, sehingga mampu membantu mengurangi permasalahan sampah.
4. Wall Gardening
Pada dasarnya metode wall gardening hampir sama dengan metode vertikultur. Hanya saja, bedanya hanya pada dinding sebagai media tanam. Tanaman yang cocok untuk menggunakan cara ini antara lain tomat, cabai, umbi-umbian dan berbagai jenis tanaman hias. Metode ini sangat mudah, lantaran bisa diterapkan pada dinding rumah atau halaman belakang kita yang terkena sinar matahari.
Kini, urban farming tidak hanya diterapkan di wilayah perkotaan, namun juga ke daerah pedesaan yang lahan pertaniannya semakin tergerus. Masyarakat dapat memaksimalkan potensi lahan yang terbatas untuk menjadi sumber penghasilan dan dapat membuka lapangan pekerjaan.
Referensi: Tirto, Pikiran Rakyat, Pop Mama