Di jaman sekarang, pernahkah kamu mendengar ada anak yang ketika ditanya cita-citanya ia menjawab dengan lantang ingin menjadi seorang petani? Rasanya sudah tidak pernah lagi terdengar. Di dalam kedudukan sosial, seorang petani kerap ditempatkan di posisi yang rendah. Pernahkah kamu merasa miris akan hal ini? Bukankah selama ini merekalah yang bekerja keras di bawah terik matahari demi sebutir nasi berkualitas untuk mengisi perut kita? Bukankah apa yang mengisi perut kita setiap harinya berasal dari mereka? Lalu pernahkah kita menghargai jasa mereka?
Bukan hanya nasi, tapi juga sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi berasal dari kerja keras para petani. Di mulai dari menanam benih hingga tumbuh dan siap untuk dipanen. Lebih parahnya lagi, mayoritas petani Indonesia tidak memiliki lahan mereka sendiri untuk bertani. Sementara itu, sebagian besar dari kita lebih suka dan bangga terhadap bahan pangan impor yang kita beli sebagai wujud dari gaya hidup modern.
Dilihat dari segi kualitas, tentu bahan pangan dari Indonesia yang dihasilkan oleh para petani Indonesia juga tidak kalah saing dengan kualitas dari luar. Bahkan pekerjaan sebagai petani terancam punah di Indonesia. Miris sekali bukan? Padahal Indonesia adalah negara berlabel agraris. Banyak generasi muda tidak ingin menjadi petani karena dianggap kurang bergengsi. Padahal petani adalah pekerjaan yang sangat mulia dengan segala jasa yang mereka lakukan.
Mereka adalah pahlawan bagi perut kita, bagi hidup kita. Karena hanya mereka yang rela bekerja keras setiap harinya di bawah terik matahari hanya demi menghasilkan bahan pangan untuk negara. Mulai saat ini, ayo kita hargai jasa mereka dengan membeli bahan pangan dari Indonesia. Karena mereka kita bisa kenyang, begitu pula sebaliknya, dengan kita membeli hasil pangan dari Indonesia maka mereka juga akan bisa kenyang dan hidup lebih layak.
Referensi: IDN Times